BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Kelenjar Tiroid
1.
Anatomi
Kelenjar
tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh
darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia
pretrakealis dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga
perempat lingkaran. Keempat kelenjar
paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi
letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena
jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup
di latero dorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum
masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang
antara fasia media dan prevertebralis (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Gambar
1. Anatomi kelenjar tiroid (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Vaskularisasi
kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain arteri karotis superior
kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri
tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala
dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena
terdiri atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea
media di sebelah lateral dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf
yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens
dan cabang dari nervus laringeus superior (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Gambar
2. Vaskularisasi kelenjar tiroid (Ellis, 2006).
2.
Fisiologi
Kelenjar
tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian
berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium nonorganik
yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini
dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat
tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan
disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan
dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein
yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau prealbumin
pengikat albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur
sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis. Proses yang dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam
proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat
adanya sel parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk
mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap
tulang (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Sekresi
hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon
tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap
lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin yaitu
Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus (Guyton & Hall, 2006).
Sebenarnya
hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh
hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori
yaitu : (Sherwood, 2011)
a) Efek pada laju metabolism
Hormon
tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara keseluruhan. Hormon ini
adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran energi
tubuh pada keadaan istirahat.
b) Efek kalorigenik
Peningkatan
laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
c) Efek pada metabolisme perantara
Hormon
tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam
metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik bersifat
multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis dan penguraian
karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga
dapat menginduksi efek yang bertentangan.
d) Efek simpatomimetik
Hormon
tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin (epinefrin dan
norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis
dan hormon dari medula adrenal.
e) Efek pada sistem kardiovaskuler
Hormon
tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung sehingga
curah jantung meningkat.
f) Efek pada pertumbuhan
Hormon
tiroid tidak saja merangsang sekresi hormone pertumbuhan, tetapi juga mendorong
efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan
pertumbuhan rangka.
g) Efek pada sistem saraf
Hormon
tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf terutama Sistem
Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal SSP
pada orang dewasa.
3.
Histologi
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang
dihubungkan oleh isthmus. Jaringan tiroid terdiri atas folikel yang berisi
koloid. Kelenjar dibungkus oleh simpai jaringan ikat longgar yang menjulurkan
septa ke dalam parenkim (Jonqueira, 2007).
Gambar
3. Gambaran histologi dari kelenjar tiroid (Jonqueira, 2007).
Koloid
terdiri atas tiroglobulin yaitu suatu glikoprotein yang mengandung suatu asam
amino teriodinisasi. Hormon kelenjar tiroid disimpan dalam folikel sebagai
koloid. Selain sel folikel, sel-sel parafolikel yang lebih besar juga terdapat
di kelenjar tiroid. Sel-sel ini terdapat di dalam epitel folikel atau diantara
folikel. Adanya banyak pembuluh darah di sekitar folikel, memudahkan
mencurahkan hormon ke dalam aliran darah (Jonqueira, 2007).
B.
Nodul Tiroid
1. Klasifikasi Nodul tiroid
a. Benigna
1. Follicular adenoma
2. Lain-lain : Hurtle cell adenoma,
teratoma
b. Maligna
1. Follicular carcinoma
2. Medullary carcinoma
3. Papillary carcinoma
4. Anaplastic carcinoma
c. Nonepithelial tumors
d. Malignant lymphomas
e. Miscellaneous tumors
f.
Secondary tumors
g.
Unclassified tumors
h.
Tumor-like lession
1.
Hiperplastik goiter: graves disease, plummer’s disease
2. Thyroid
cystic
3. Solid
cell nest
4. Ectopic
thyroid tissue
5.
Thyroiditis: hashimoto thyroiditis, de Quervain thyroiditis,
subacute
limfotitic thyroiditis, Riedel’s thyroiditis (Scopa, 2004;
Kumar,
2007).
2. Epidemiologi Nodul Tiroid
Nodul
tiroid pada umumnya jinak. Prevalensi yang dilaporkan penyakit tiroid nodular
tergantung pada populasi yang diteliti dan metode yang digunakan untuk
mendeteksi nodul. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia dan angka kejadian
tinggi pada wanita dengan faktor resiko defisiensi yodium dan setelah paparan
radiasi. Sejumlah penelitian menunjukkan prevalensi 2-6% terdiagnosis dengan
palpasi, 19-35% dengan USG dan 8-65% dalam data otopsi (Dean, 2008).
Prevalensi
gondok nodular meningkat seiring bertambahnya usia dari 2,7% pada wanita dan
2,0% pada pria menjadi 8,7% pada wanita dan 6,7% pada pria dengan rentang usia
26-30 tahun. Sedangkan usia 36-40 tahun bisa meningkat menjadi 14,1% wanita dan
12,4% pria. Untuk usia 45-50 tahun bisa mencapai 18,0% pada wanita dan 14,5%
pada pria (Wolters Health, 2013; Reiners, 2004).
Karsinoma
tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan tersering. National Cancer
Institute dalam survei yang telah dilakukan melaporkan bahwa dari 100.000 orang
ditemukan kasus karsinoma tiroid sebesar 12,9% per tahun baik pria maupun
wanita. Angka kematian yaitu 0,5% dari 100.000 orang per tahun. Insidensi umur
karsinoma tiroid yaitu umur <20 tahun sebesar 1,8%, 20-34 tahun sebesar
15,1%, umur 35-44 tahun sebesar 19,6%, umur 75-84 tahun turun sampai 1,4% dan
puncaknya pada umur 45-54 tahun yaitu 24,2%. Angka kematian tertinggi terletak pada
umur 75-84 tahun yaitu 28,9%. Estimasi kasus baru karsinoma tiroid adalah
62.980 orang pada tahun 2014. Sedangkan estimasi kematian pada tahun 2014
sebesar 1.890 orang (National Cancer Institute, 2011).
Angka
insidensi tahunan kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia yaitu dari 0,5-10%
per 100.000 populasi. Karsinoma tiroid mempunyai angka prevalensi yang sama
dengan multipel mieloma. Karsinoma tiroid ini merupakan jenis keganasan
jaringan endokrin yang terbanyak, yaitu 90% dari seluruh kanker endokrin
(Kumar, 2007).
C. Tumor Tiroid Jinak
1. Gambaran Umum
a. Adenoma Follikular
Tumor
jinak adenoma menunjukkan adanya folikel cell dffirentiation. Adenoma folikular
biasanya berupa tumor soliter dan masih memiliki kapsul fibrosa. Beberapa nodul
dapat menunjukkan satu atau lebih perbedaan morfologi tetapi biasanya akan sama
jika
memiliki
tipe adenoma yang sama. Morfologinya terdiri atas sel-sel yang homogen, edema,
fibrosis, kalsifikasi, pembentukan tulang dan pembentukan kista dapat terjadi.
Berbagai pola perubahan sel terjadi pada adenoma folikular. Setiap satu tumor
dapat menunjukkan bentuk seragam atau campuran dari dua atau lebih pola. Sementara
perbedaan histologis yang dominan terletak pada bentuk folikel, yaitu Normofollicular
(sederhana), Macrofollicular (koloid), Microfollicular (janin) (McHenry, 2011).
Evaluasi
diagnostik pasien dengan nodul tiroid terdiri dari biopsy rutin aspirasi jarum
halus, pemeriksaan USG leher dan skrining tingkat TSH serum. Biopsi aspirasi
jarum halus termasuk diagnostik yang paling penting untuk mengevaluasi pasien
dengan nodul tiroid. Keterbatasan utama dari biopsi aspirasi jarum halus adalah
ketidakmampuan untuk membedakan adenoma folikular dari karsinoma folikular
(McHenry, 2011).
Jarum
halus biopsi aspirasi pada pasien dengan adenoma folikular dan pasien dengan
karsinoma folikular ditandai dengan adanya sel-sel epitel folikel yang sangat
banyak dan tumpang tindih. Masih ditemukan pembentukan mikrofolikel tetapi
jumlah koloid mulai berkurang. Menurut sistem Bethesda untuk pelaporan sitopatologi
tiroid, penampilan sitologi ini diklasifikasikan sebagai neoplasma folikular
atau mencurigakan untuk neoplasma folikular (McHenry, 2011).
b. Hurthle cell adenoma dan Teratoma
Neoplasma
sel hurthle adalah tumor heterogen yang dapat muncul dengan berbagai aspek
klinis. Neoplasma ini berasal dari sel folikel dan terdiri dari sel oncocytic,
juga disebut oncocytes. Oncocytes yang mikroskopis ditandai dengan sitoplasma
granular yang berlimpah. Studi ultrastruktural telah menunjukkan bahwa granular
yang berlimpah ini disebabkan karena banyaknya mitokondria dalam intra sitoplasmik
sel. Sel adenoma hurthle unilateral dapat diobati dengan lobektomi /
isthmusectomy (Chao et al, 2005; Bharnabei et al, 2009).
Teratoma
adalah tumor yang berasal dari sel germinal yang terdiri dari jaringan yang
menyusun fetus pada masa embriologi, yaitu: ectoderm, endoderm, dan mesoderm.
Predileksi tersering terjadi di gonad, wilayah sacrococcygeal, mediastinum dan
wilayah pineal, meskipun juga terjadi pada daerah leher rahim dan juga kelenjar
tiroid (Oak et al, 2013). Bentuk diferensiasi sel germinal ini tergantung pada kehadiran
dan proporsi komponen yang belum matang, usia pasien serta ukuran tumor pada
saat presentasi awal. Eksisi bedah adalah pengobatan pilihan (Chao et al, 2005;
Bharnabei et al, 2009).
c. Graves disease
Penyakit
Graves adalah gangguan autoimun yang mengarah ke hiperaktifitas dari kelenjar
tiroid (hipertiroidisme). Gangguan autoimun adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat. Penyakit Graves adalah
penyebab paling umum dari hipertiroid. Hal ini disebabkan oleh respon sistem kekebalan
tubuh yang abnormal sehingga menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan terlalu
banyak hormon tiroid. Penyakit Graves paling sering terjadi pada wanita di atas
usia 20 tahun namun gangguan juga dapat terjadi pada usia berapa pun dan dapat
juga terjadi pada laki-laki. Pengobatannya adalah diberikan obat antitiroid,
yodium radioaktif dan tindakan bedah (US National Library of Medicine, 2014).
d. Thyroid cystic
Kista
tiroid adalah cairan yang dibungkus kantong yang terdapat di kelenjar tiroid.
Patogenesis dari kista tiroid belum diketahui, kemungkinan disebabkan oleh
proses infark, destruksi folikel tiroid, degenerasi kistik dari folikel tiroid
dan proses nekrosis dari tumor jinak atau ganas. Pemeriksaan penunjang yang
diperlukan untuk kasus dicurigai adanya kelainan di tiroid adalah pemeriksaan
laboratorium fungsi tiroid, Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)/ FNAB, Ultrasonografi
(USG) dan Skintigrafi. Pemeriksaan lain adalah Tomografi tiroid, Magnetic
Resonance Image (MRI), dan Positron Emission Tomografi (PET) meskipun ini tidak
rutin dilakukan.
Penatalaksanaan
nodul tiroid yang berupa kista dapat dilakukan aspirasi dan tindakan operatif.
Operator harus familiar dengan neuro anatomi dari laring. Informed consent
sangat diperlukan sebelum operasi terutama pada pasien yang profesinya
tergantung pada suara
(Baloch,2011;
Lin, 2007; Cho, 2008; Lore, 2005; Eng, 2010).
e. Solid cell nests
Solid
cell nests (SCN) adalah struktur yang tidak teratur dengan diameter sekitar 1
mm, biasanya ditemukan di tengah lobus lateral tiroid. SCN pada dasarnya
terdiri dari sel epidermoid non-keratinisasi dengan jembatan interseluler dan
imunohistokimia positif pada protein dengan berat molekul keratin tinggi dan
rendah serta untuk antigen carcinoembryonic. Lumen SCN biasanya dikelilingi
oleh sel-sel musin, sel deskuamasi, sel debris, mucosubstances asam, struktur dilapisi
oleh sel epidermoid dari SCN dan epitel folikular, sering ditemukan sebagai
komponen tambahan dari sisa-sisa ultimobranchial (Harach, 2005).
f. Ectopic Thyroid tissue
Dapat
ditemukan di mana saja antara sekum foramen dan posisi normal kelenjar tiroid.
Meskipun sangat jarang, hal ini paling sering ditemukan di wilayah foramen
sekum pada pasien yang mengalami kegagalan turunnya kelenjar. Kelenjar tiroid
ektopik umumnya sangat langka dan muncul biasanya di garis tengah leher rahim
(90% kasus) dan bahkan lebih jarang di lokasi anatomi lainnya (10%) (Zieren et
al,2006).
g. Hashimoto thyroiditis
Pembengkakan
kronis tiroid (inflamasi) dari kelenjar tiroid yang sering menyebabkan penurunan
fungsi tiroid (hipotiroidisme). Penyakit ini dimulai perlahan-lahan. Waktu yang
dibutuhkan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk bisa dideteksi.
Tiroiditis kronis yang paling umum terjadi pada wanita dan pada orang dengan riwayat
keluarga penyakit tiroid. Terapi yang diberikan berupa hormone tiroid
(levothyroxine) jika tubuh tidak memproduksi cukup hormone atau jika tubuh
memiliki tanda-tanda gagal tiroid ringan (seperti peningkatan TSH). Kondisi ini
juga dikenal sebagai hipotiroidisme subklinis (National Library of Medicine,
2014).
2.
Diagnosis
Pemeriksaan
penunjang dalam langkah menegakkan diagnosis klinis meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium
Hormon
(TSH) tiroid stimulating hormon harus diperiksa pada pasien untuk menentukan
orang-orang dengan tirotoksikosis atau hipotiroid. Ketika tingkat TSH normal,
aspirasi harus dipertimbangkan. Ketika kadar hormon rendah, diagnosis hipertiroidisme
harus dipertimbangkan. Serum kalsitonin harus diukur pada pasien dengan riwayat
keluarga kanker tiroid meduler. Tes fungsi tiroid tidak boleh digunakan untuk
membedakan apakah nodul tiroid jinak atau ganas. T4, antibodi peroksidase
antitiroid dan tes tiroglobulin tidak membantu dalam menentukan apakah nodul
tiroid jinak atau ganas, tetapi mungkin membantu dalam diagnosis penyakit Graves
atau tiroiditis Hashimoto (Hegedus, 2004).
2. Pemeriksaan radiologi (Rontgen dan USG)
a. Foto
rontgen
Pemeriksaan
dilakukan dengan melakukan sinar rontgen ke paru pada posisi anteroposterior
(AP) untuk dapat menilai dan berperan dalam menentukan luasnya tumor dan ada
metastasis atau tidak.(Thyroid Disease Manager, 2012).
b.
Ultrasonography (USG)
Pemeriksaan
dilakukan dengan posisi transduser yaitu secara transversal mulai dari pole
bawah digeser ke arah cephalad sampai pole atas sehingga seluruh tiroid dapat
dinilai. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi transduser
longitudinal atau oblik dimulai dari lateral ke arah medial. Dilakukan
pemotretan dengan foto polaroid atau film multiformat, serta diambil ukuran tiroid
dan ukuran tumor yang nampak (Clark, 2010).
3. Pemeriksaan sidik tiroid
Dasar
pemeriksaan ini adalah pengambilan dan pendistribusian yodium radioaktif dalam
kelenjar tiroid yang dapat dilihat dari pemeriksaan ini adalah besar, bentuk,
dan letak kelenjar tiroid serta distribusi dalam kelenjar serta dapat diukur
pengambilan yodiumnya dalam waktu 3, 12, 24 dan 48 jam (Clark, 2005).
4. Pemeriksaan FNAB
Penggunaan
pemeriksaan sitologi ini sebagai alat bantu diagnostic dapat digunakan untuk
menegakkan diagnostik karsinoma tipe papilar, anaplastik, medular, tiroiditis
dan kebanyakan koloid nodul jinak. Namun demikian FNAB tidak bisa membedakan
adenoma folikular dan karsinoma folikular dan nodul koloid yang hiperseluler
(Sriwidyani,2007).
5. Pemeriksaan histopatologi
Merupakan
pemeriksaan diagnostik utama. Jaringan diperiksa setelah dilakukan tindakan
lobektomi atau isthmolobektomi. Kemudian di warnai degangan Hematoksilin Eosin
(HE) dan diamati di bawah mikroskop lalu ditentukan diagnosa berdasarkan
gambaran pada peparat (Sriwidyani, 2007).
D.
Karsinoma Tiroid
1. Etiologi dan Patogenesis
Etiologi
yang berperan khususnya untuk well differentiated karsinoma (papilar dan
folikular) adalah radiasi dan goiter endemis sedangkan untuk jenis medular
adalah faktor genetik. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk
kanker anaplastik dan medular. Diperkirakan kanker tiroid anaplastik berasal
dari perubahan kanker tiroid berdiferensiasi baik (papilar dan folikular)
dengan kemungkinan jenis folikular dua kali lebih besar. Sedangkan limfoma pada
tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis
Hashimoto.
Faktor
risiko seseorang menderita karsinoma tiroid antara lain : (1) Pengaruh usia dan
jenis kelamin, resiko pada usia dibawah 20 tahun dan diatas 50 tahun. Demikian
pula dengan jenis kelamin, penderita laki-laki memiliki resiko keganasan lebih
tinggi daripada penderita perempuan. (2) Pengaruh radiasi di daerah leher dan
kepala pada masa lampau (3) Kecepatan tumbuh tumor. (4) Riwayat gangguan
mekanik di daerah leher. (5) Riwayat penyakit serupa dalam keluarga (American
Cancer Society,2014).
2. Klasifikasi
Berdasarkan
histopatologinya karsinoma tiroid dibagi menjadi 4 jenis, yaitu : karsinoma
papilar, karsinoma folikular, karsinoma medular, dan karsinoma anaplastik
(American Thyroid Association, 2005)
a.
Karsinoma Papilar
Karsinoma
papilar adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering ditemukan (75-85%)
yang timbul pada akhir masa kanak- kanak atau awal kehidupan dewasa. Merupakan
karsinoma tiroid yang terutama berkaitan dengan riwayat terpapar radiasi
pengion. Tumor ini tumbuh lambat, penyebaran melalui kelenjar limfe dan
mempunyai prognosis yang lebih baik diantara jenis karsinoma tiroid lainnya.
Faktor
yang mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun, wanita dan jenis
histologik dominan papilar. Sifat biologic daripada tumor jenis papilar ini
yakni tumor atau tumor primer yang kecil bahkan mungkin tidak teraba tetapi
metastasis ke kelenjar getah
bening
dengan massa atau tumor yang besar atau nyata. Tumor ini sering tampil sebagai
nodul tiroid soliter dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
sitologi biopsi jarum halus, dengan angka ketahanan hidup 10 tahun mencapai 95%
(Medscape, 2014).
Secara
mikroskopis, karsinoma papilar berupa tumor yang tidak berkapsul dengan
struktur berpapil dan bercabang. Sel karakteristik dengan inti sel yang
berlapis-lapis dan sitoplasma yang jernih. Ada beberapa varian dari karsinoma
papilar yaitu microcarcinoma, encapsulated, folikular, tall-cell,
columnar-cell, clear-cell dan diffuse sclerosing carcinoma. Dua puluh sampai
delapan puluh persen berupa tumor yang multisentrik dan bilateral pada 1/3
kasus (Livolsi, 2004).
b.
Karsinoma Folikular
Karsinoma
folikular meliputi sekitar 10-20% keganasan tiroid dan biasa ditemukan pada
usia dewasa pertengahan atau diatas 40 tahun. Pada kasus yang jarang, tumor ini
mungkin hiperfungsional (tirotoksikosis). Insiden karsinoma folikular meningkat
di daerah
dengan
defisiensi yodium (Livolsi, 2004).
Diagnosis
tumor ini secara sitologi sulit dibedakan dengan adenoma folikular, diagnosis
pasti dengan pemeriksaan frozen section pada durante operasi atau dengan
pemeriksaan histopatologi untuk melihat adanya invasi ke kapsul atau pembuluh
darah. Karsinoma folikular bermetastasis terutama melalui pembuluh darah ke
paru, tulang, hati dan jaringan lunak. Karsinoma folikular diterapi dengan tiroidektomi
total diikuti pemberian iodin radioaktif. Juga karena sel karsinoma ini
menangkap yodium maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan dengan
pengukuran kadar TSH sebagai follow up bahwa dosis yang digunakan bersifat
supresif dan untuk memantau kekambuhan tumor. Angka ketahanan hidup 10 tahun
mencapai 85% (Livolsi, 2004).
c.
Karsinoma Medular
Karsinoma
medular meliputi sekitar 5% keganasan tiroid dan berasal dari sel parafolikular
atau sel C yang memproduksi kalsitonin. Karsinoma ini timbul secara sporadik
(80%) dan familial (20%), dimana tumor ini diturunkan sebagai sifat dominan
autosom yang
berhubungan
dengan MEN-2a atau MEN-2b atau endokrinopati lainnnya (Livolsi, 2004).
Massa
tumor berbatas tegas dan keras pada perabaan, pada tumor yang lebih luas tampak
daerah nekrosis dan perdarahan dan dapat meluas sampai ke kapsul. Mikroskopis
tampak kelompokan sel-sel bentuk poligonal sampai lonjong dan membentuk folikel
atau trabekula. Tampak adanya deposit amiloid pada stromanya yang merupakan gambaran
khas pada karsinoma tipe medular ini (Livolsi, 2004).
d.
Karsinoma Anaplastik
Karsinoma
anaplastik tiroid merupakan salah satu keganasan pada manusia yang paling
agresif dan jarang dijumpai yaitu kurang dari 5%. Karsinoma anaplastik ini
berkembang dengan menginfiltrasi ke jaringan sekitarnya. Tumor ini terutama
timbul pada usia lanjut, terutama di daerah endemik gondok dan lebih banyak
pada wanita. Sebagian besar kasus muncul dengan riwayat pembengkakan yang cepat
membesar pada leher, disertai dengan adanya kesulitan bernafas dan menelan, serta
suara serak karena infiltrasi ke nervus rekurens. Pertumbuhannya sangat cepat walaupun
diterapi. Metastasis ke tempat jauh sering terjadi, tetapi umumnya kematian
terjadi dalam waktu kurang dari setahun. Angka ketahanan hidup 5 tahun <5%
(Endocrine Surgery, 2014).
Tampak
massa tumor yang tumbuh meluas ke daerah sekitarnya. Gambaran mikroskopis,
tampak sel-sel anaplastik (undifferentiated) dengan gambaran morfologi yang
sangat pleomorfik, serta tidak terbentuknya gambaran folikel, papil maupun
trabekula (Livolsi, 2004).
3. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Lain
Klasifikasi Karsinoma Tiroid
(National Cancer Institute, 2014):
Tumor epitel maligna
Karsinoma folikular
Karsinoma papilar
Campuran karsinoma
folikular-papilar
Karsinoma anaplastik (
undifferentiated )
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma tiroid medular
Tumor non-epitel maligna
Fibrosarkoma
Lain-lain
Tumor maligna lainnya
Sarkoma
Limfoma maligna
Haemangiothelioma maligna
Teratoma maligna
Klasifikasi Klinik TNM (National Cancer
Institute, 2014) :
T Tumor Primer
Tx :Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 :Tidak didapat tumor primer
T1 :Tumor dengan ukuran terbesar 2 cm atau
kurang masih terbatas pada tiroid
T2 :Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2
cm tetapi tidak lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid
T3 :Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4
cm masih terbatas pada tiroid atau tumor ukuran berapa saja dengan ekstensi
ekstra tiroid yang minimal (misalnya ke otot sternotiroid atau jaringan lunak peritiroid)
T4a :Tumor telah keluar kapsul tiroid dan
menginvasi ke tempat berikut : jaringan lunak subkutan, laring, trakhea,
esofagus, n.laringeus
T4b :Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh
mediastinal atau arteri karotis
T4a* (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa
saja) masih terbatas pada tiroid#
T4b* (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran
berapa saja) berekstensi keluar kapsul tiroid
Catatan
:
Tumor
multifokal dari semua tipe histologi harus diberi tanda (m) (ukuran terbesar
menentukan klasifikasi), contoh : T2(m)
*Semua
karsinoma tiroid anaplastik/undifferentiated termasuk T4
#Karsinoma
anaplastik intratiroid – resektabel secara bedah
$Karsinoma
anaplastik ekstra tiroid irresektabel secara bedah
N Kelenjar Getah Bening Regional
Nx :Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai
N0 :Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah
bening
N1 :Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1a :Metastasis pada kelenjar getah bening cervical
Level VI (pretrakheal dan paratrakheal, termasuk prelaringeal dan Delphian)
N1b :Metastasis pada kelenjar getah bening cervical
unilateral, bilateral atau kontralateral atau ke kelenjar getah bening
mediastinal atas/superior
M Metastasis jauh
Mx :Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 :Tidak terdapat metastasis jauh
M1 :Terdapat metastasis jauh
Terdapat empat tipe histopatologi mayor :
- Papilar
karsinoma
- Folikular
karsinoma
- Medular
karsinoma
-
Anaplastik karsinoma
Stadium klinis (National Cancer Institute,
2014):
Karsinoma Tiroid Papilar atau Folikular
Umur < 45 th
Stadium I Tiap T Tiap N M0
Stadium I Tiap T Tiap N M1
Papilar atau Folikular umur > 45 tahun
dan Medular
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III
T3 N0 M0
T1,T2,T3
N1a M0
Stadium IVA
T1,T2,T3 N1b M0
T4a
N0,N1 M0
Stadium IVB
T4b Tiap N M0
Stadium IVC
Tiap T Tiap N M1
Anaplastik (Semua kasus stadium IV)
Stadium IVA
T4a Tiap N M0
Stadium IVB
T4b Tiap N M0
Stadium IVC
TiapT Tiap N M1
4. Diagnosis dan Gambaran Klinis
Langkah
pertama dalam mendiagnosis adalah dengan melakukan anamnesis. Pada langkah
anamnesis awal, kita berusaha mengumpulkan data untuk menentukan apakah nodul
tiroid tersebut toksik atau non toksik. Biasanya nodul tiroid tidak disertai
rasa nyeri kecuali pada kelainan tiroiditis akut/subakut. Sebagian besar
keganasan pada tiroid tidak memberikan gejala yang berat, kecuali jenis
anaplastik yang sangat cepat membesar bahkan dalam hitungan minggu. Pada pasien
dengan nodul tiroid yang besar, kadang disertai dengan adanya gejala penekanan pada
esofagus dan trakea (Livolsi, 2004).
Nodul
diidentifikasi berdasarkan konsistensinya keras atau lunak, ukurannya, terdapat
tidaknya nyeri, permukaan nodul rata atau berbenjolbenjol, berjumlah tunggal
atau ganda, memiliki batas yang tegas atau tidak dan keadaan mobilitas nodul.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada
yang khusus.
Kecuali
karsinoma medular, yaitu pemeriksaan kalsitonin (tumor marker) dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid
dapat terjadi tirotoksikosis walaupun jarang. Human Thyroglobulin (HTG) Tera
dapat dipergunakan sebagai penanda tumor terutama pada karsinoma
berdiferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk karsinoma
tiroid, namun peninggian HTG setelah tiroidektomi total merupakan indikator
tumor residif (Livolsi, 2004).
Setelah
dilakukan anamnesis, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
fisik nodul mencakup tujuh kriteria. Nodul diidentifikasi berdasarkan
konsistensinya keras atau lunak, ukurannya, terdapat tidaknya nyeri, permukaan
nodul rata atau berdungkul-dungkul, berjumlah tunggal atau multipel, memiliki
batas yang tegas atau tidak dan keadaan mobilitas nodul.
Secara
klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila: (Clark, 2005):
a. Usia
penderita dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
b. Ada
riwayat radiasi leher pada masa anak-anak
c.
Disfagia, sesak nafas, dan perubahan suara
d. Nodul
soliter, pertumbuhan cepat dan konsistensi keras
e. Ada
pembesaran kelenjar getah bening leher (jugular, servikal, atau submandibular)
f. Ada
tanda-tanda metastasis jauh
Pemeriksaan
penunjang dalam langkah menegakkan diagnosis klinis meliputi:
1.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
dengan menilai kadar Human Thyroglobulin (HTG), suatu penanda tumor untuk
karsinoma tiroid yang berdifferensiasi baik, terutama untuk follow up
(Schteingart DE, 2006; Subekti dkk, 2009).
2. Pemeriksaan
radiologi (Rontgen dan USG)
a. Foto
rontgen
Pemeriksaan
dilakukan dengan melakukan sinar rontgen ke paru pada posisi anteroposterior
(AP) untuk dapat menilai dan berperan dalam menentukan sudah adanya atau
tidaknya metastasis pada pasien (Thyroid Disease Manager, 2012).
b.
Ultrasonography (USG)
Secara
khusus peranan USG pada pemeriksaan tonjolan tiroid adalah : (1) dengan cepat
dapat menentukan apakah tonjolan tersebut di dalam atau di luar tiroid. (2)
dengan cepat dan akurat dapat membedakan tumor kistik dan tumor solid. (3)
dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih dari
satu. (4) dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif. (5)
dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui
tumor primernya. (6) sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko
tinggi untuk menemukan keganasan tiroid. (7) sebagai pengarah pada pemeriksaan
FNAB (Clark, 2010).
3.
Pemeriksaan sidik tiroid
Dasar
pemeriksaan ini adalah pengambilan dan pendistribusian yodium radioaktif dalam
kelenjar tiroid. Yang dapat dilihat dari pemeriksaan ini adalah besar, bentuk,
dan letak kelenjar tiroid serta distribusi dalam kelenjar. Juga dapat diukur
pengambilan yodiumnya dalam waktu 3, 12, 24 dan 48 jam (Clark, 2005).
4.
Pemeriksaan FNAB
Penggunaan
pemeriksaan sitologi ini sebagai alat bantu diagnostik, dapat digunakan untuk
menegakkan diagnostik karsinoma tipe papilar, anaplastik, medular, tiroiditis
dan kebanyakan koloid nodul jinak. Namun demikian, FNAB tidak bisa membedakan
adenoma folikular dan karsinoma folikular, dan nodul koloid yang hiperseluler (Sriwidyani,
2007).
5.
Pemeriksaan histopatologi
Merupakan
pemeriksaan diagnostik utama. Jaringan diperiksa setelah dilakukan tindakan
lobektomi atau isthmolobektomi. Kemudian di warnai degangan Hematoksilin Eosin
(HE) dan diamati di bawah mikroskop lalu ditentukan diagnosa berdasarkan
gambaran pada peparat (Sriwidyani, 2007).
5. Terapi
Sebagian
besar keganasan tiroid tidak memberikan gejala yang berat kecuali jenis
anaplastik yang cepat membesar dalam hitungan minggu. Sebagian kecil pasien
khususnya dengan nodul yang besar mengeluhkan penekanan pada esofagus dan
trakea. Biasanya nodul tiroid tidak nyeri kecuali adanya perdarahan dalam nodul
atau kelainan tiroiditis akut/subakut. Salah satu keluhan pada keganasan tiroid
adalah suara serak (Subekti dkk, 2009).
Saat
ini telah ditemukan beberapa metode terapi yang tepat dalam penatalaksanaan karsinoma
tiroid, yaitu :
1. Terapi
pembedahan (Operatif)
Bila
diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operabel, operasi yang dilakukan
adalah lobektomi sisi yang patologik atau lobektomi subtotal dengan risiko bila
ganas kemungkinan ada sel-sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya
berupa tiroidektomi total. Enukleasi nodulnya saja adalah berbahaya karena bila
ternyata nodul tersebut ganas, telah terjadi penyebaran (implantasi) sel-sel
tumor dan operasi ulang untuk tiroidektomi secara teknis akan menjadi lebih
sukar (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
2. Terapi radiasi
Apabila
keadaan tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus
kontralateral, maka dapat dilakukan :
a. Radiasi
interna dengan Iodine 131
b. Radiasi
eksterna (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
6. Prognosis
Prognosis
dari karsinoma tiroid tergantung jenis keganasan. Khusus untuk karsinoma tiroid
berdifferensiasi baik dapat digunakan skor AMES (Age, Metastasis, Ekstension,
Size), AGES (Age, Grades, Ekstension, Size), atau MACIS (Metastases, Age,
Complete excision, Invasion, Size) (De Jong dan Sjamsuhidajat, 2005). Secara
umum, prognosis lebih baik pada pasien-pasien yang lebih muda dibanding dengan
pasien-pasien usia diatas 40 tahun. Pasien-pasien dengan karsinoma papilar yang
disertai tumor primer memiliki prognosis sangat baik, hanya 1 dari setiap 100 pasien
akan mati disebabkan karsinoma tiroid. Prognosis menjadi tidak
baik pada
pasien di atas usia 40 tahun, atau pasien dengan diameter tumor lebih dari 4 cm
(American Thyroid Association, 2005).